Pada hari Senin, 1 Mei 2017, kami melakukan kunjungan untuk
pertemuan 2 di Panti Werdha/Jompo Islamic Village. Kami berkumpul di kampus
sekitar pukul 07.00 dan ketika semua sudah berkumpul, kami pun leangsung menuju
ke panti tersebut. Sesampainya di sana pada pukul 07.45, kami menunggu Ibu
Amelia yang sedang melakukan briefing kepada murid dari AKPER. Setelah selesai,
giliran kami berenam yang melakukan briefing sebelum kami membantu di panti
jompo tersebut. Selama briefing, kami diberitahukan aktivitas apa saja yang
bisa dilakukan. Ibu Amelia juga memberitahukan kepada kami bahwa ada
murid-murid dari AKPER yang akan membantu, hanya saja tugas mereka lebih
banyak, kami di sana hanya untuk menemani nenek-nenek yang ada.
Setelah melakukan briefing, kami memperkenalkan diri kamu
kepada nenek-nenek yang ada pada saat itu. Nenek-nenek duduk di depan pintu
kamar masing-masing. Kebanyakan mereka tidur sendirian di kamar, tetapi ada
juga yang tidur berdua atau bertiga dalam satu kamar. Kami berenam
memperkenalkan diri kami kepada nenek-nenek yang ada. Terdapat nenek Mardiana,
nenek Ana, nenek Saadah, nenek Edoh, nenek Sukaendah, nenek Tumu, dan nenek
yang lainnya yang kami belum temui karena mereka sedang tidur saat itu. Ketika
kami selesai memperkenalkan diri, kami membagi kelompok menjadi 3, Gracia
dengan Cynthia; Lisa dengan Cindy; dan Nabila dengan Putri. Masing-masing dari
kelompok kami menemani 1-2 nenek. Inilah kesan pesan kami selama menemani nenek
di panti itu :
Gracia
R : Ketika
pertama kali saya datang, saya merasa canggung dan bingung dengan apa yang
harus saya lakukan karena saya jarang mengobrol dengan lansia. Saya bingung apa
yang harus saya lakukan selama menemani nenek-nenek. Hal pertama yang kami
lakukan adalah memperkenalkan diri dan menyapa semua nenek yang ada di sana dan
mereka menyambut kami dengan hangat dan gembira. Setelah itu, kami membagi
kelompok menjadi 3 dengan masing-masing kelompok terdiri dari 2 orang. Saya dan
Cynthia menemani seorang nenek bernama nenek Sukaendah. Nenek Sukaendah sangat
baik dan ramah. Mungkin karena kami baru pertemu pertama kali, kami masing agak
canggung satu sama lain, namun saya dan Cynthia yang sering menanyakan kepada
nenek tersebut pertanyaan, seperti apakah nenek sudah makan?, kemarin tidur jam
berapa, dan pertanyaan lainnya. Nenek dengan senang menjawab pertanyaan kami
dan percakapan itupun jadi berlanjut. Nenek juga bercerita bagaimana waktu dia
masih kecil, kehidupan dia pada zaman jajahan Jepang, tidak dapat bersekolah,
makan dan mandi masih susah. Mendengar itu, saya merasa kasihan sekaligus
merasa bersyukur atas kehidupan yang saya jalani sekarang ini. Kami juga
menanyakan aktivitas apa saja yang biasa dilakukan nenek selama berada di panti
dan kegiatan apa yang nenek suka lakukan. Hal itu saya tanyakan supaya kami
bisa menyusun aktivitas untuk kunjungan kami yang ketiga. Kami juga menanyakan
kesehatan nenek Sukaendah. Nenek berkata bahwa dia setiap hari diukur tensinya
oleh suster dari AKPER. Banyak pengalaman baru yang saya dapatkan dari
kunjungan tersebut, banyak yang belum pernah saya rasakan sebelumnya.
Cindy
S : Hari pertama kunjungan ke Panti Werdha Islamic, tidak banyak hal yang
kami lakukan hanya bersalaman dengan nenek-nenek disekitar namun ketika melihat
para nenek-nenek pertama kali, saya merasakan getaran kesedihan dan kegembiraan
yang mereka rasakan dari tatapan mata mereka dan membuat saya semangat untuk
menemani mereka di hari berikutnya.
Cynthia
S : Pada hari pertama kunjungan ke Panti Werdha Islamic Village saya
merasakan pengalaman yang belum pernah saya alami sebelumnya, bercengkrama
dengan para nenek – nenek yang belum pernah saya kenal sebelumnya. Hari
pertama, kelompok kami melakukan perkenalan sambil berbincang dengan para nenek
yang tinggal di panti jompo tersebut. Ada nenek yang masih muda dan suka
bercanda dan bernyanyi, ada nenek yang sudah sangat berumur dan masih rajin
menjalankan shalat, ada nenek yang masih kuat untuk membantu di dapur, bahkan
ada nenek yang sudah lupa dengan namanya sendiri. Pada pertemuan pertama saya
dan gracia banyak mengobrol dengan nenek Sukaendah, ia begitu baik dan rajin.
Banyak hal yang diceritakan nenek, tentang betapa sulitnya menjalani kehidupan
di zaman Jepang, hingga bagaimana kemudian kehidupan menjadi lebih mudah
setelah kemerdekaan. Cerita tersebut mungkin sudah sering didengar melalui
pelajaran sejarah, tetapi mendengarkan cerita tersebut dari saksi hidup seperti
nenek Sukaendah membuatnya terasa berbeda. Nenek Sukaendah begitu rajin, bangun
di pagi hari untuk shalat subuh walaupun berjalan sudah agak sulit baginya,
nenek juga begitu baik tidak memperbolehkan Gracia duduk di lantai, setiap kali
melihat Gracia jongkok atau duduk di lantai nenek selalu mengatakan bahwa
celananya bisa jadi kotor atau Gracia bisa merasa dingin jika duduk di lantai,
selain itu nenek juga suka memuji kami berdua terlihat cantik, menyenangkan
sekali mengobrol dengan nenek Sukaendah. Nenek Sukaendah juga sangat lucu,
apalagi ketika nenek berseteru dengan nenek Edo yang tinggal di kamar sebelah
kamarnya, mengobrol dengan beberapa nenek di Panti Werdha Islamic Village cukup
menghibur dan memberi banyak pelajaran baru, terutama tentang artinya bersyukur
dan rajin menjalankan ibadah.
Nabila Q
: Ini merupakan kunjungan kedua saya setelah survey Panti Jompo Werda. Panti
Jompo Werdha yang bertempat di Islamic Village ini tempat yang cukup nyaman.
Disana terdapat 9 orang nenek yang tinggal disana, memang panti Jompo Werda
khusus panti jompo para nenek-nenek. Dalam satu kamar terdapat 2 nenek, tetapi
tidak semua kamar berisi dua nenek. Kami ber-6 dibagi menjadi 3, saya dengan
putri kebagian untuk kamar pertama, dikamar tersebut terdapat 2 nenek yang
bernama nenek Ana dan nenek Saadah. Pertama-tama yang kita lakukan berkenalan
kepada semua nenek yang ada di Panti Jompo Werda lalu kita menyebar untuk
mengenal lagi dan mengajak ngobrol nenek yang ada di Panti Jompo Werdha
tersebut. Nenek-nenek yang berada disana menyambut kita dengan hangat, merespon
kedatangan kita dengan baik. Hari pertama kita mengenal masing-masing nenek,
kita menanyakan kesehatan mereka, penyakit yang diderita, menanyakan makanan
kesukaan mereka, dan ingin melakukan kegiatan apa untuk pertemuan selanjutnya.
Saya disana sering mengajak ngobrol nenek Ana yang berumur sekitar 60 tahunan
belau juga tidak terlalu ingat umurnya, kita ngobrol banyak hal seperti awalnya
dia menanyakan saya tinggal dimana dan disitulah saya baru nanya beliau tinggal
dimana, karena saya takut beliau sedih untuk menanyakan beliau tinggal dimana
sebelum beliau ditempatkan di Panti Jompo Werda. Nenek Ana mempunyai penyakit
darah tinggi namun beliau tidak rutin untuk minum obat darah tingginya sehingga
sewaktu saya kesana beliau mengeluh pusing, disitu saya menanyakan kepada
suster obat nenek Ana dan saya membujuknya untuk minum obat darah tinggi
tersebut. Hanya itu yang kita lakukan dihari pertama untuk mengenal
masing-masing nenek.
Elyssa Y
: Pada tanggal 1 Mei, saya dan kelompok saya mengunjungi panti jompo di Islamic
Village untuk melakukan sosialisasi. Kami tiba di panti jompo di pagi hari dan
kami melihat keliling-liling panti jompo sambil menunggu ibu Amelia, selaku
pengurus di panti jompo tersebut. Pada hari itu kami berbincang dan
mendiskusikan kegiatan-kegiatan apa saja yang kelompok kami akan lakukan di
panti jompo selama melakukan sosialisasi tersebut dengan Ibu Amelia. Setelah
itu kami memperkenalkan diri masing-masing kepada penghuni di panti jompo
tersebut, yaitu para lansia. Mereka sangat senang dan sangat menerima kehadiran
kelompok kami di panti jompo tersebut. Pada hari itu, kelompok kami memutuskan
untuk berpencar berdua-dua dan menghampiri para nenek untuk mengajak bercerita
dan untuk saling memperkenalkan diri. Pada awalnya mereka tidak begitu banyak
berbicara atau berinteraksi, namun dengan seringnya kami menanyakan pertanyaan
mereka pun mulai nyaman dan terbuka untuk berinteraksi dengan kami. Dari
interaksi tersebut kami jadi mengetahui aktivitas apa saja yang mereka ingin
lakukan dan biasa mereka lakukan di panti jompo tersebut. Lalu setelah lama
berbincang-bincang kami pun pamit untuk pulang dan memberitaukan Ibu Amelia
bahwa kelompok kami akan datang lagi ke panti jompo tersebut dalam waktu yang
dekat.
Putri O
: Saya sekelompok dengan Nabila, memilih untuk mengobrol dengan Nenek Ana dan
Nenek Saadah. Kedua nenek ini sangatlah lucu, Nenek Ana yang pendiam seringkali
menjadi bahan bercandaan Nenek Saadah. pada awalnya kami masih canggung karena
bingung ingin melakukan hal apa saja karena kami tidak membawa apapun seperti
buku atau makanan. Pertemuan ini kami hanya menanyakan keseharian dan mereka
bercerita tentang zaman dahulu. Setelah waktu berkunjung habis, kami pamit dan
bilang akan datang lagi di lain waktu.
Lokasi Panti Werdha/Jompo Islamic Village
Nabila, Cynthia, Gracia, Lisa, Cindy, Putri
Lisa dan Cindy dengan nenek Edoh
Gracia dan Cynthia dengan nenek Sukaendah
Putri dengan nenek Saadah
Nabila dengan nenek Ana
AKPER saat melakukan pengukuran tensi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar